Kamis, 05 Mei 2011
Darah (blood)
I. Judul Praktikum : Darah
II. Tujuan Praktikum
1. Mengamati darah tanpa proses lanjut
2. Mengamati bentuk-bentuk sel darah merah
3. Mengamati ada tidaknya mikroorganisma di dalam darah
III. Landasan Teori
Darah adalah suatu jaringan bersifat cair. Darah terdiri dari sel-sel ( dan fragmen-fragmen sel) yang terdapat secara bebas dalam medium yang bersifat seperti air, ialah plasma. Sel-sel dan fragmen-fragmen sel merupakan unsur-unsur darah yang disebut unsur “jadi”. Sel-sel ini cukup besar sehingga dapat diamati dengan mikroskop biasa. Ada tiga tipe unsur “jadi” adalah sel-sel darah merah atau eritrosit, sel-sel darah putih atau leukosit, dan keping-keping darah atau trombosit (Kimball, 1996).
Darah dapat dipandang sebagai jaringan penyambung terspesialisasi yang dibentuk dari sel-sel bebas dan suatu matriks yang cair (plasma). Sel-sel darah berkembang dalam jaringan retikuler organ-organ pembentuk darah dan masuk ke dalam aliran darah sebagai sel-sel yang sepenuhnya telah terbentuk (Bevelander, 1988).
Lebih lanjut Bevelander menjelaskan bahwa unsur-unsur struktural darah terdiri dari eritrosit, leukosit, dan platelet. Bersama-sama mereka kira-kira sama banyaknya dengan plasmanya. Eritrosit jauh lebih banyak daripada leukosit; jumlah eritrosit pada manusia laki-laki adalah 5 sampai 5,5 juta per mm3; pada wanita 4,5 sampai 5 juta per mm3. Akan tetapi angka-angka ini sangat bervariasi. Leukosit terdapat dalam jumlah 8.000 sampai 10.000 per mm3. Volume seluruh darah individu rata-rata dengan berat badan 60 kg (150 pon) sama dengan 5 sampai 6 liter atau secara kasar 8% dari berat badan.
Bila suatu tetes darah segar diperiksa di bawah mikroskop, terlihat sel-sel darah merah sebagai lempengan bikonkaf dengan diameter sebesar hampir 8 µm. Dalam keadaan segar mereka tampak berwarna lebih kehijau-hijauan daripada merah. Lekuk pada bagian pusat tiap sel darah merah menimbulkan bintik terang, yang pada penglihatan pertama dapat disalahtafsirkan sebagai nukleus. Akan tetapi sel darah merah dewasa tidak bernukleus pada darah mamalia (binatang menyusui).
Menurut Campbell (2004), darah adalah jaringan ikat dengan sel-sel yang tersuspensi dalam plasma. Darah vertebrata merupakan suatu jenis jaringan ikat yang terdiri atas beberapa jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cair yang disebut plasma. Tubuh manusia pada umumnya mengandung kurang lebih 4 sampai 6 liter darah. Jika sampel darah diambil, sel-sel darah dapat dipisahkan dari plasma dengan cara memasukkan darah tersebut kedalam alat sentrifugasi dan memutarnya dengan kecepatan tertentu. (Antikoagulan harus ditambahkan untuk mencegah penggumpalan darah). Unsur seluler (sel dan fragmen sel), yang berkisar sekitar 45% dari volume darah, akan mengendap ke dasar tabung sentrifuge, dan membentuk pelet padat berwarna merah. Di atas pelet seluler ini terdapat plasma transparan berwarna kekuning-kuningan.
Campbell juga menjelaskan bahwa plasma darah mengandung sekitar 90% air. Di antara berbagai jenis zat yang larut dalam air terdapat garam-garam anorganik, yang kadang-kadang disebut sebagai elektrolit darah dan terdapat di dalam plasma dalam bentuk ion terlarut. Konsentrasi gabungan ion-ion ini penting dalam pemeliharaan keseimbangan osmotik darah. Beberapa ion tersebut juga membantu menyangga pH darah, yang mempunyai pH 7,4 pada manusia.
Plasma juga mengandung berbagai zat yang berpindah-pindah dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain, yang meliputi nutrien, produk buangan metabolisme, gas-gas respirasi, dan hormon.
Lebih jauh Campbell (2004) menjelaskan bahwa terdapat dua kelas sel yang tersebar di seluruh plasma darah: sel darah merah, yang mengangkut oksigen, dan sel darah putih, yang berfungsi dalam pertahanan tubuh. Unsur seluler yang ketiga, keping darah, adalah bagian-bagian sel yang terlibat dalam penggumpalan darah.
Sel darah merah (red blood cell), atau eritrosit (erythrocyte), sejauh ini merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya, jauh melebihi yang lain. Setiap milimeter kubik darah manusia mengandung 5 sampai 6 juta sel darah merah, dan terdapat sekitar 25 triliun jenis sel ini dalam keseluruhan 5 L darah dalam tubuh.
Meskipun sel darah merah berukuran sangat kecil, sel itu mengandung sekitar 250 juta molekul hemoglobin, sejenis protein pengikat dan pembawa oksigen yang mengandung besi. Baru-baru ini para peneliti telah menemukan bahwa hemoglobin juga berikatan dengan molekul gas nitrat oksida (NO) selain dengan O2. Ketika sel darah merah lewat melalui hamparan kapiler paru-paru, insang, atau organ respirasi lainnya, oksigen akan berdifusi ke dalam eritrosit dan hemoglobin akan berikatan dengan O2 dan NO (Campbell, 2004).
Terdapat lima jenis utama sel darah putih (white blood cell) atau leukosit: monosit, neutrofil, basofil, eosinofil, dan limfosit. Fungsinya secara kolektif adalah untuk melawan dan memerangi infeksi dengan berbagai cara. Sebagai contoh, monosit dan neutrofil adalah fagosit, yang menelan dan mencerna bakteri dan serpihan sel-sel mati dari tubuh kita sendiri.
Di samping sel-sel yang disebut di atas, darah mengandung kelompok pecahan sitoplasma kecil yang disebut platelet atau trombosit dan pada umumnya tidak dimasukkan dalam golongan sel-sel darah. Platelet ini sekitar 2 µm dalam diameter, tersusun dari sitoplasma yang menyerap warna biru dengan pewarna Wright. Ia mempunyai pusat yang granuler gelap, kromomer, dan suatu daerah periferi yang terang, hialomer (Bevelander, 1988).
Trombosit atau platelet itu diduga membebaskan enzim tromboplastin yang berperan dalam pembekuan darah. Tromboplastin mengubah protrombin menjadi trombin, yang pada gilirannya mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Tromboplastin juga telah diidentifikasikan dalam plasma darah. Platelet dibuat melalui pertunasan fragmen-fragmen seluler dari mega karyosit dalam sum-sum tulang.
IV. Alat dan Bahan
A. Alat
1. Jarum penusuk (lancet)
2. Objek glass
3. Cover glass
4. Mikroskop
B. Bahan
1. Alkohol 70%
2. Larutan fisiologi NaCl
3. Kapas
V. Prosedur Kerja
1. Dibersihkan alat yang akan dipakai
2. Dibersihkan daerah pengambilan darah dengan alkohol 70%
3. Pada objek gelas diteteskan 2-3 tetes larutan fisiologis
4. Ditusuk ujung jari tangan, diambil beberapa tetes darah dan diletakkan pada objek glass yang telah diberi larutan fisiologis. Dicampurkan dengan hati-hati kemudian ditutup dengan cover glass
5. Diletakkan objek glass di bawah mikroskop. Diamati dengan cermat. Dimulai dari pembesaran lemah, sedang, sampai kuat.
6. Bila pengamatan telah selesai dilakukan, dibersihkan kembali peralatan yang digunakan.
VI. Hasil Pengamatan
Gambar pengamatan darah di bawah mikroskop Keterangan :
1. Sel darah merah (eritrosit)
2. Plasma darah
Gambar sel-sel dan keping darah manusia. Keterangan :
1. Sel darah merah (eritrosit)
2. Sel darah putih (leukosit)
3. Keping darah (trombosit)
VII. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa darah manusia (mamalia) tersusun atas plasma darah yang cair dan butir-butir darah yang padat. Butir-butir darah terbagi atas sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Setiap bagian-bagian darah tersebut memiliki fungsi dan peranan tersendiri di dalam tubuh manusia.
Plasma darah yang mengandung sekitar 90% air tersebut berfungsi mengangkut nutrien, produk buangan metabolisme, gas-gas respirasi dan hormon. Fungsi utama sel darah merah (eritrosit) adalah membawa oksigen beredar ke seluruh tubuh. Sel darah merah memiliki kemampuan tersebut karena padanya terkandung sekitar 250 juta molekul hemoglobin, sejenis protein pengikat dan pembawa oksigen yang mengandung besi. Akibat dari keberadaan hemoglobin inilah darah terlihat berwarna merah. Sel darah putih (leukosit) berfungsi sebagai pertahanan tubuh, melawan dan memerangi infeksi dengan berbagai cara. Keping darah (trombosit) berfungsi dalam proses penting penggumpalan darah.
Pada praktikum yang telah dilakukan, terdapat dua macam larutan yang digunakan. Yakni larutan alkohol 70% dan larutan fisiologis NaCl. Larutan alkohol 70% digunakan untuk membersihkan daerah pengambilan darah. Hal tersebut perlu dilakukan agar lokasi yang nantinya akan membentuk luka akibat penusukan lancet, steril dari mikroorganisme yang dapat menimbulkan infeksi. Larutan fisiologis NaCl dicampurkan dengan tetesan darah agar darah tidak segera menggumpal. Larutan fisiologis menjaga agar sel-sel darah tetap berada pada kondisi normalnya seperti ketika mereka berada dalam pembuluh darah tubuh.
Sebuah eritrosit manusia berbentuk cakram bikonkaf, bagian tengahnya lebih tipis dibandingkan dengan bagian tepi. Eritrosit mamalia tidak mengandung nukleus (inti), suatu karakteristik yang tidak umum pada sel hidup (kelas vertebrata lain mempunyai eritrosit yang bernukleus).
Dari hasil praktikum juga diketahui bahwa di dalam darah mungkin saja terdapat mikroorganisme tertentu, misalnya thypoid yang dapat ditemukan pada penderita tifus, sporozoid plasmodium pada penderita malaria, dan lain-lain. Namun sayang pada praktikum kali ini kami tidak dapat mengamati mikroorganisme di dalam darah.
VIII. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Darah manusia tersusun atas plasma darah, sel darah merah, sel darah putih, dan keping darah.
2. Sel darah merah manusia berbentuk cakram bikonkaf, bagian tengahnya lebih tipis dibandingkan dengan bagian tepi.
3. Sel darah merah manusia (mamalia) tidak mengandung nukleus.
4. Pada penderita penyakit tertentu, dapat ditemukan mikroorganisme di dalam darahnya.
IX. Daftar Pustaka
Bevelander, G dan Judith, A. R. 1988. Dasar-Dasar Histologi. Jakarta: Erlangga.
Campbell, N. A dkk. 2004. Biologi Edisi Kelima-Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Kimball, J. W. 1996. Biologi Jilid 2 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Radiopoetro. 1986. Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Pertanyaan Tugas
1. Apakah manfaatnya daerah pengambilan darah harus diberi alkohol 70%?
2. Mengapa warna darah merah? Jelaskan!
3. Apa perbedaan darah aves dengan darah mamalia?
Jawaban
1. Manfaat pemberian alkohol 70% pada daerah pengambilan darah adalah agar kuman (mikroorganisme) yang terdapat pada daerah tersebut mati. Sehingga daerah tersebut menjadi steril dari mikroorganisme yang dapat menginfeksi luka yang timbul akibat penusukan lancet.
2. Darah berwarna merah akibat dari adanya hemoglobin yang terkandung di dalam sel darah merah (eritrosit). Warna merah sel darah merah berasal dari gugus heme yang terdapat pada hemoglobin. Hemoglobin adalah sejenis protein pengikat dan pembawa oksigen yang mengandung besi. Akibat dari keberadaan hemoglobin inilah darah terlihat berwarna merah.
3. Ada beberapa perbedaan antara darah aves dengan darah mamalia. Umumnya sel darah merah aves memiliki inti, sementara sel darah merah mamalia tidak berinti. Sel darah merah mamalia juga tidak memiliki mitokondria. Maka, eritrosit tidak pernah memakai oksigen yang mereka antarkan, tetapi cenderung menghasilkan pembawa energi ATP lewat proses fermentasi. Selain itu, bentuk sel darah merah aves juga berbeda dengan sel darah merah mamalia. Sel darah merah aves berbentuk oval dan convex, sementara sel darah merah mamalia berbentuk cakram bikonkaf.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.